Selasa, 20 September 2011

Mencintai Allah


“Katakan apabila bapak-bapakmu anak-anakmu saudara-saudaramu istri-istrimu keluarga besarmu harta yg kamu cari perdagangan yg kamu khawatir kebangkrutannya dan rumah tinggal yg disenanginya lbh kamu cintai daripada Allah Rasul-Nya dan berjuang di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”
Pendahuluan Alhamdulillah kita telah dijadikan sebagai hamba-hamba muslim yg berserah diri kepada-Nya dgn menyatakan Laailaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah. Hanya saja kenyataannya masih banyak dari kita yg belum konsekuen dgn pernyataannya. Kita menyatakan mencintai Allah kenyataannya lbh mencintai hawa nafsu kita sehingga tidak sedikit ajaran Allah yg kita langgar. Bahkan lbh dari itu menuhankan kebendaan dgn cara mencintainya melebihi cinta kita kepada Allah. Oleh krn itu Allah mensinyalir hal tersebut dalam Al-Quran surat Al-Baqarah 165 “Sungguh orang beriman lbh mencintai Allah daripada yg lainnya.
Definisi cinta menurut terminologi bahasa adl kecenderungan atau keberpihakan. Sementara menurut terminologi syara’ adl keberpihakan kepada yg dicintai sehingga mengikuti apa yg dia kehendaki dan meninggalkan apa yg tidak dia sukai baik secara terang-terangan atau tersembunyi.
Hal-hal yg dapat memalingkan cinta kita kepada Allah seperti yg disitir Allah dalam Al-Quran surat Al-Imran “Dihiasi bagi manusia cinta kepada hawa nafsunya daripada wanita anak-anak kumpulan emas dan perak kuda berwarna peternakan pertanian itulah isi dari kehidupan dunia dan Allah memiliki tempat kembali yg labih baik
Di atas disebutkan enam bagian yg apabila dicintai oleh manusia melebihi cintanya kepada Allah atau mengikuti kehendak mereka sampai mengangkangi kehendak Allah maka berarti telah menuhankan hal-hal tersebut ini sangat berbahaya. Lebih tegas lagi Allah memperingatkan dalam surat At-Taubah 24 “Katakan apabila bapak-bapakmu anak-anakmu saudara-saudaramu istri-istrimu keluarga besarmu harta yg kamu cari perdagangan yg kamu khawatir kebangkrutannya dan rumah tinggal yg disenanginya lbh kamu cintai daripada Allah Rasul-Nya dan berjuang di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Bagaimana Kita Mencintai Allah Dalam upaya mencintai Allah kita harus mengenalnya dgn baik sesuai dgn informasi Al-Quran dan Rasulullah saw baik kaitannya dgn rububiyah-Nya atau uluhiyah-Nya atau asma’ dan sifat-sifat-Nya baru kemudian mengenal hukum-hukum-Nya baik perintah maupun larangan. Seorang dikatakan mencintai Allah apabila memenuhi empat syarat 1. Berbuat sesuai dgn kehendak Allah dgn menjalankan perintah-perintah-Nya. 2. Meninggalkan seluruh larangan-Nya baik secara dhohir maupun batin. 3. Mencintai orang-orang yg dicintai Allah yaitu kaum beriman. 4. Membenci mereka yg dibenci Allah yaitu kaum kafir fasik dan munafik.
Apa saja yg menghantarkan kita mencintai Allah. Menurut Ibnul Qayyim seorang ulama’ abad ke-7 ada sepuluh hal yg menyebabkan orang mencintai Allah SWT 1. Membaca Al-Quran dan memahaminya dgn baik. 2. Mendekatkan diri kepada Allah melalui media sholat sunnah sesudah sholat wajib. 3. Selalu menyebut dan berdzikir dalam segala kondisi dgn hati lisan dan perbuatan. 4. Mengutamakan kehendak Allah disaat berbenturan dgn keinginan hawa nafsu. 5. Menanamkan di dalam hati asma’ dan siaft-sifat Allah SWT dan memahami maknanya. 6. Memperhatikan karunia dan kebaikan Allah kepada kita baik ni’mat dhohir maupun ni’mat batin. 7. Menunduk hati dan diri ke kehariban Allah. 8. Menyendiri bermunajat dan membaca kitab suci-Nya diwaktu malam saat orang sedang lelap tidur. 9. Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang sholeh serta mengambil hikmah dan ilmu mereka. 10. Menjauhkan segala sebab-sebab yg dapat menjauhkan kita daripada Allah.
Penyeimbang Cinta Kepada Allah Untuk mencintai Allah diperlukan penyeimbang. Digambarkan oleh para ulama bahwa cinta itu bagaikan badan burung sehingga ia tidak bisa terbang kecuali dgn dua sayap. Dua sayap itulah penyeimbang cinta kita kepada Allah yaitu rasa harap di satu sisi dan rasa cemas di sisi lain. Rasa harap akan menimbulkan khusnudzan kepada Allah. Bila kita mengerjakan kebaikan kita berharap amalan kita itu diterima sebagai amal shaleh yg berpahala. Sementara rasa cemas akan mendorong kita melakukan kebaikan krn rasa cemas itu kita khawatir jangan-jangan amalan baik kita tidak diterima Allah krn ada faktor X-nya. Maka apabila ada rasa cemas pada diri seseorang ketika dia mengerjakan hal-hal wajib tercermin di dalam benaknya jangan-jangan amalan itu tidak diterima atau kurang sempurna maka dia terdorong utk mengerjakan sunnah-sunah dst. Rasa cemas itu juga yg dapat mencegah seseorang utk tidak melakukan maksiat dan dosa. Dengan demikian burung yg berbadan cinta bersayap rasa harap sebelah kanan dan rasa cemas di sebelah kiri maka burung itu akan terbang melayang ke langit bersujud dihadapan sang maha perkasa dan bijaksana. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar