“Salat malam merupakan bentuk ketaatan yang paling utama, ibadah yang menjadi penyebab paling pokok untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat,” kilah Yusuf Khoththor Muhammad dalam bukunya Mukjizat Salat Malam. Quran menjelaskan bahwa orang-orang yang selalu menjaga salat malam adalah mereka yang berhak memperoleh kemurahan Allah dan rahmat-Nya. Al Quran juga memberikan pujian kepada mereka dan menjadikan mereka sebagai bagian dari para hamba Allah yang baik, seperti firman-Nya dalam surah Al Furqan 63-64.
Kedekatan dengan Allah pada malam hari membuat para sahabat rindu akan datangnya malam, karena ibadah pada waktu itu terasa sangat nikmat. Sebagian dari kaum arif mengatakan, (walau dirasa berlebihan, karena nikmatnya surga tidak akan pernah terbayangkan). “Di dunia ini tidak ada sesuatu yang menyerupai kenikmatan surga kecuali yang didapatkan oleh ahli zikir di dalam hati mereka dimalam hari, yaitu manisnya bemunajat kepada Allah dalam salat tahajjud.”
“Sungguh semua Rasul, anbia, aulia dan ulama pilihan adalah penggemar bahkan penikmat tahajjud. Inilah hidangan terlezat bagi hamba-hamba Allah“ (M.Arifin Ilham dalam artikel Tahajjud ). Nabi Isa AS berkata, “Dengan benar aku berkata kepada kalian, berbahagialah orang-orang yang menghabiskan malam harinya dalam beribadah. Merekalah yang mewarisi cahaya abadi karena terjaga di kegelapan malam di atas kaki-kaki mereka di tempat-tempat ibadah. Mereka merendahkan diri dihadapan Tuhan mereka seraya berharap agar Dia menyelamatkan mereka dari siksa hari akhir.”
Tsaur bin Yazid juga berkata, “Saya membaca pada kitab dahulu, bahwa Isa AS berkata kepada manusia, ‘ Perbanyaklah berbicara pada Allah SWT dan kurangilah berbicara pada manusia!“ Orang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami berbicara pada Allah?“ Isa menjawab, “Bersunyi dirilah dalam munajat pada Allah dan bersunyi dirilah dalam berdoa pada Allah.“
Rasulullah SAW teramat sangat menyenangi tahajjud. Beliau tetap melakukannya ,baik ketika mukim, sakit, safar maupun dalam peperangan. Satu saat disiang hari ketika Rasulullah SAW menyebut qiamul lail, kedua matanya meneteskan air mata, saking rindunya.Kemudian beliau membaca “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.“ Dhiror bin Dhomroh Al Kannani berkomentar tentang Ali bin Abi Thalib, “Beliau tidak suka kepada dunia dengan segala kegemerlapannya. Beliau lebih suka kepada waktu malam dengan kegulitaannya.“
Simak pula penuturan Imam Muhammad Baqir, “Hiburan orang mukmin berada dalam tiga hal. Bersenang-senang dengan isteri, bergurau dengan kawan dan mendirikan salat tahajjud.“ Malik bin Dinar, seorang guru Sufi terkenal mengatakan “Pada suatu malam aku tertidur nyenyak sehingga tidak dapat bangun untuk salat tahajjud. Lalu aku bermimpi bertemu dengan seorang gadis tercantik yang belum pernah kulihat dalam hidupku. Ia menebarkan bau harum yang belum pernah kucium sebelumnya. Ia mengulurkan secarik kertas kepadaku yang bertuliskan beberapa kalimat yang berbunyi ‘Kau begitu terlena dalam tidurmu sehingga tidak memperdulikan tingkat surga yang lebih tinggi yang harus kau diami tanpa rasa takut akan kematian. Bangunlah, lebih baik membaca quran dalakm salat tahajjud daripada tidur.‘
Sejak saat itu, setiap kali aku merasa mengantuk, tulisan tersebut terbayang dalam benakku dan kantuk itu pun hilang.“ Imam Syafei RA mengaku, “Kalau saja bukan karena senang duduk bersama orang-orang baik dan berdiri mengerjakan salat di waktu sahur, aku sebenarnya tidak ingin hidup lama di ndunia ini.“ Saking rindunya Hammam bin Al Harits Al Nakhai dengan ibadah malam itu (tahajjud), diantara doanya “Ya Allah sehatkan aku walaupun dengan tidur yang sedikit dan berikan aku rezeki tidak tidur untuk taat kepada-Mu.“
Seseorang bertanya kepada Uwais Al Qarni “Mengapa anda tidak pernah sakit?“ Ia menjawab, “Dengan sedikit makan dan sedikit tidur. Karena itu Allah selalu menjaga kesehatanku.“ Abdullah bin Wahab, ulama Tabi’in mengungkapkan “Kelezatan dunia hanya satu. Kelezatan beribadah malam ada dua. Pertama ketika melaksanakannya dan kedua ketika menuai ganjarannya.” Fudhail bin Iyadh merasa gembira bila malam tiba. Dan sedih bila datangnya siang. Ketika ditanya alasannya, “Ketika malam datang, aku akan berjumpa dengan Rabbku. Tapi ketika siang menjelang, aku bertemu dengan manusia, yang penuh kepalsuan.“ Seorang salafus saleh berkomentar, “Dua puluh tahun aku bersusah payah memaksakan diri bangun tahajjud. Dua puluh tahun berikutnya aku ‘ ektasi ‘ mabuk dengan nikmatnya tahajjud.“ M.Natsir, mantan Perdana Menteri RI di hari Ulang Tahunnya yang ke-70 pernah ditanya wartawan “Apa kesan-kesan bapak selama mengaruhi hidup sampai saat ini?“ “Semuanya berkesan, tapi yang paling berkesan adalah ketika melaksanakan salat tahajjud baik di dalam tahanan maupun diluar tahanan,“ jawab tokoh ulama intelek Indonesia, kaliber dunia itu.
Ibnul Munkadir berkata, “Tidak ada yang tersisa dari kenikmatan dunia ini kecuali hanya tiga hal. Yaitu salat malam, bertemu dengan saudara seiman dan mengerjakan salat dengan berjamaah.” ”Jika anda ingin merasakan kelezatan yang ada di dunia ini, yaitu menghadap kepada Allah, maka anda harus melakukan salat malam“ (Buku Melamar Bidadari dengan Shjalat Malam oleh ‘Amru Khalid). Orang yang melakukan salat malam dengan khusyuk dan tenang akan merasakan nikmatnya iman. Dengan nikmat iman, akan melakukan semua kewajiban dengan ringan. Ketika ia sudah merasa ringan dalam melaksanakan semua kewajiban, berarti ia telah mencapai ketentraman yang hakiki. “Dialah yang telah menurunkah ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah disamping keimanan mereka yang telah ada“ (Al Fath (48 ) : 4). Bila seorang hamba sering bangun pada malam hari untuk taqarrub kepada Allah, ia akan mendapatkan kasih sayang-Nya. Bila ia telah disayangi-Nya dia akan melakukan tugas apapun dengan senang hati.Masya Allah. Wallahualam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar