Selasa, 09 November 2010

Gibah Sumber Segala Keburukan

Rasulullah SAW bersabda “Muslim dengan Muslim lainnya bersaudara. Tidak boleh mengkhianati, mendustakan, dan menghina. Setiap Muslim dengan Muslim lainnya haram kehormatan, harta dan darahnya. Seseorang layak dikatakan jahat jika ia mencaci saudaranya sesama Muslim. “Merendahkan derajat kemanusiaan dengan cara menggunjingkannya termasuk perbuatan yang dicela dalam Islam. Inilah pemaknaan gibah yang sesungguhnya; menjatuhkan kemuliaan manusia dengaan menceritakan aibnya. Perbuatan gibah erat kaitannya dengaan interaksi sesama manusia, dan dosa pelakunya tidak akan diampuni selama belum mendapatkan pemaafan dari korbannya. “Hidup hanya sekejap, kenapa repot dengan urusan orang lain?“ kilah Ustad Budi Prayitno, penulis Spiritual Tipping Point.

”Gibah itu akar dari segala kejahatan,“ ujar Astie Ivo, artis. Gibah adalah membincangkan saudaramu dengan cara tertentu sehingga dia tidak akan senang bila mendengar hal itu. Apa pun yang kau bincangkan mengenai cacat fisik, asal usul silsilah, tingkah laku, akhlak, keyakinan atau bahkan pakaian, rumah atau kendaraannya, semua itu merupakaan gibah. Gibah dikategorikan sebagai dosa yang paling dibenci dan kotor. Karena alasan inilah gibah disebut sebagai dosa yang lebih buruk daripada perzinaan dan pencabulan.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penberimatobat lagi Maha Penyayang.“ (Al -Hujurat (49) : 12).

Tukang gibah melakukan dua pelanggaran. Pertama, ia berdosa kepada Allah, dan sudah semestinya ia menunjukkan penyesalan dengan bertobat. Kedua, ia menzalimi hak saudara seimannya. Jika kabar mengenai pergunjingan sampai kepada pihak yang digunjingkan, sang penyebar gossip harus meminta maaf kepada yang bersangkutan, dan mengungkapkan penyesalaan telah mengatakan kabar tak sedap itu. (Buku Gibah oleh Shakil Ahmad Khan & Wasim Ahmad). Terkait ini, Ibnu Katsir menulis “Orang –orang menyatakan bahwa memohon maaf kepadanya bukanlah sebuah kondisi (pertobatan akan gibah), karena jika Anda mengatakan kepadanya tentang hal ini, mungkin lebih menyakitkan baginya daripada jika ia tak mengetahuinya.” Namun jika orang tidak khawatir timbulnya kemudaratan akibat permintaan maaf kepada orang yang dipergunjingkan, disarankaan untuk meminta maaf.

Ijma’para ulama telah menetapkan gibah sebagai perbuatan terlarang, dan termasuk dosa besar, karena bertentangan dengan perintah Allah. “Dan ucapkaanlah kata-kata yang baik kepada manusia“ (Al Baqarah (2) : 83). Walaupun para ulama berbeda pendapat dalam memutuskan hukuman terhadap penggunjing, tetapi mereka sepakat bahwa sebagai langkah awal si penggunjing harus bertobat. Mujahid berkata, “Pertobatan atas memakan bangkai saudaramu adalah engkau memuji dan mendoakan kebaikan atasnya. Demikian pula jika yang kau gunjingkan telah meninggal.“ Kita semua pernah berbuat dosa. Mengapa kita tidak saling memaafkan satu sama lain, sehingga kita meraih ampunan Allah atas segala dosa kita? Dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap Bani Adam mempunyai kesalahan dan yang paling baik dari mereka adalah yang bertaobat “ (HR.Turmuzi ).

Nabi SAW menjelaskan bahwa orang yang doyan menggibah, di akhirat akan bangkrut. Karena pahalanya digunakan untuk diberikan kepada orang digibahi. Bahkan kalau pahalanya ludes, maka dosa orang digibahi akan berpindah kepada si penggibah. Dikisahkan, bahwa satu hari ada seseorang menggibahi Al Hasan Al Basri. Bagaimana reaksi sang ulama besar kota Basrah ini? “Beliau mengirimi si penggibah itu sepiring buah palem dengan pesan, Aku mendengar bahwa kamu telah memberiku hasanah-mu sebagai sebuah hadiah, dan aku ingin mengembalikan kebaikan itu. Mohon maaf karena aku tidak mampu mengembalikannya secara utuh.“ Gibah pada kenyataannya adalah kebaikan dari pelakunya. Dari ‘Amrs bin Al ‘Ash bahwa ia melalui bangkai keledai, dan berkata kepada beberapa temannya, “Lebih baik jika seseorang makan daging ini sekenyangnya-kenyangnya daripada makan daging bangkai saudaranya sesama Muslim.”

Seorang lelaki menyebutkan esuatu yang buruk tentang seseorang kepada temannya. Temannya itu berkata, “Apa kamu pergi dan memerangi bangsa Romawi?” Ia menjawab, “Tidak!“ Temannya bertanya “Apakah kamu pergi dan memerangi bangsa Turki?” Ia menjawab, “Tidak.“ Lalu temannya itu berkata, “Bangsa Romawi selamat darimu, dan orang-orang Turki selamat darimu, tapi saudara-saudaramu umat Muslim tidak selamat darimu!” Jabir bin Abdullah RA berkata, “Kami bersama-sama Rasulullah, kemudian tercium bau busuk. Rasulullah SAW. bersabda, ‘Tahukah kamu bau apakah ini ? Ini bau busuk orang-orang yang menggunjingkan orang beriman.“ (Musnad Ahmad).

Jangankan menggibah, bahkan mendengar dan atau memperhatikan gossip saja, adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan manusia dihadapan Allah. Adalah terlarang untuk duduk bersama orang yang bergosip dan bergunjing. Menolak mendengarkan gibah dan ucapan yang buruk adalah salah satu ciri orang beriman. Kehormataan orang beriman harus dibela dengan mengkritik perkataan tukang gossip atau dengan mengatakan hal-hal yang baik dan benar adanya tentang orang yang digunjingkan. Rasul SAW berpesan, “Barangsiapa melihat kejahatan, hendaknya dia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, lakukan dengan lidahnya; atau jika ia tidak melakukannya,hendaknya ia menetangnya dalam hati, dan itulah selemah-lemahnya iman.“ (HR.Muslim).

Menyendiri akan membantu kita untuk mengingat Allah sehingga terbaca hikmah kehadiran tanda-tanda-Nya. Juga akan menjauhkan kita dari gunjingan, karena bergunjing hanya akan menuntun kita pada dosa-dosa lainnya. Menyibukkan diri dalam usaha mencegah gibah adalah jihad, bahkan termasuk jihad terbesar. Jihad melawan musuh-musuh Allah mungkin hanya untuk waktu tertentu dalam kehidupan seseorang. Tetapi pertarungan mengendalikan ogo hanya akan berakhir ketika hidup orang tersebut berakhir. Usaha untuk membebaskan ego dari kemunafikan, prsasangka, dan bangga diri merupakan sebuah misi kehidupan yang panjang dan terus menerus.Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW,bersabda, “Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat, tetapi orang yang dapat menahan dirinya ketika marah “(HR.Muslim). Juga Rasulullah SAW mengingatkan, “Tidak lurus keimanan seorang hamba hingga kalbunya lurus, dan tidaklah lulus kalbunya hingga lisannya lurus. Dan seseorang tidak akan masuk surga bila tetangganya tidak merasa aman dari berbagai kejahatannya “ (HR.Ahmad). Wallahualam. **

Dahsyatnya Taubat

“ Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,untuk tunduk hati mereka mengingat Allah… “ ( Al Hadid ( 57 ) : 176 ).

Ayat itulah yang didengar dalam mimpinya dan sekaligus menyadarkan Malik bin Dinaar dari dunia hitam yang digelutinya selama ini.Begitu terbangun Malik bin Dinaar mandi dan berwudhu untuk mengerjakan salat subuh,karena ingin bertaubat dan kembali ke jalan yang dibenarkan Allah. Dia masuk ke masjid untuk melaksanakan salat subuh berjmaah.Maha suci Allah.Ternyata sang imam membaca ayat yang sama dengan mimpi yang dialaminya tadi malam.Malik bin Dinaar bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benar taubat.Menurut riwayat, Malik bin Dinaar setelah bertaubat berdiri dipintu masjid setiap hari seraya berkata, “ Wahai hamba yang bermaksiat,kembalilah kepada Tuhanmu. Wahai hamba yang lupa, kembalilah untuk mengingat Tuhanmu.Wahai hamba yang jauh,mendekatlah kepada Tuhanmu “.Beruntunglah Malik bin Dinaar, sebab ketika ia menyadari bahwa dirinya berlumuran dosa, taubat menjadi solusi yang tepat.Allah Ta’ala berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya “ ( At-Tahrim (66) : 8.) Rasulullah SAW bersabda “ Setiap anak Adam ( manusia ) pasti sering berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat “ ( HR.IbnuMajah ). Selain itu bukankah Allah SWT selalu memanggil hambanya siang malam dengan mengatakan “ Barang siapa yang mendekati-Ku satu hasta Aku akan mendekatinya satu depa. Barangsiapa yang mendatangi-Ku sambil berjalan, Aku akan mendatanginya dengan jalan tergesah-gesah “ ( HR.Bukhari ).

Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia sebanyak pasir di gurun.Bahkan Nabi SAW telah membenarkan hal ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah di atas.Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara.Bahkan, pintunya selalu terbuka luas tanpa menghalang dan batas. Allah selalu membentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Muslim dari Abu Musa al-As’ari “ Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat “.Imam At Tirmizi berpandangan bahwa taubat merupakan salah satu rahmat Allah melalui ibadah dan karunia kepada para hamba-Nya.Hal itu tersurat dalam komentarnya : “ Allah SWT. memandang sejumlah hamba dengan rahmat-Nya, lalu mengaruniakan mereka pintu taubat dan membukakan matahati mereka “.Imam At Tirmizi merujuk kepada firman Allah dalam suraah Al An’am ( 6 ) ayat 54., yaitu terhadap orang yang bertaubat Allah menjanjikan ampunan dan rahmat-Nya.Karena itu bertaubat menurut beliau, termasuk salah satu rahmat Allah.Contoh orang yang diberi nikmat taubat oleh Allah “ Berkat karunia-Nya, para ahli ibadah itu menyadari kemaksiatan yang menutupi matahati mereka. Berkat karunia-Nya pula,mereka menyadari sanksi yang bakal ditimpakan pada para pelaku maksiat.Setelah menyadari semua itu, mereka bun bertekad melepaskan diri dari jerat maksiat.Kesadaran seperti ini sebetulnya memang disokong pula oleh taufik-Nya.Bila mereka melepaskan diri dari jerat maksiat dengan bertaubat, mereka berarti telah memutihkan kembali hati mereka dari titik hitam kemaksiatan yang mengotorinya “.

Orang – orang yang bartaubat menurut Imam Turrmuzi, yaitu orang yang menyandang gelar “ Orang-orang yang bertaubat “, jika taubat mereka diterima. Taubat menurut Turmuzi ada tiga kreteria : Pertama, taubat yang diterima. Cirinya, pelakunya merasakan manisnya ketaatan kepada Allah dan mencicipi getirnya kemaksiatan kepada-Nya.Dalam hal ini tidak hanya sebatas anggota tubuh menjauhkan segala perbuatan dosa. Namun, menurut Tirmuzi, hati pelakunya juga harus benar-benar bersih dari belenggu dosa yang telah menyelimuti hatinya.Terkait ini Rasul SAW. pernah bersabda tentang kebajikan dan dosa “ Kebajikan itu sesuatu yang menenangkan hati, sedangkan dosa itu sesuatu yang berbekas di hati dan membuat pelakunya gelisah ““ Kedua, taubat yang ditangguhkan. Cirinya, pelakunya tidak merasakaan manisnya ketaatan kepada Allah, tetapi justru “ menderita “ ketika taat kepada-Nya.Contoh. Di zaman Bani Israil, ada seorang ahli ibadah yang telah berbuat maksiat. Namun tidak disebutkan jenisnya .Sebagai orang alim, ia sadar bahwa akibat perbuatannya itu pasti Allah akan memberikan sanksi kepadanya. Karena waktunya sudah berlangsung lama, ia merasa bulum juga diberikan sanksi ( teguran , peringatan ) oleh Allah, maka ia melaporkan masalah ini kepada Nabi Musa AS. Setelah Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah, maka Allah mewahyukan kepada Nabi Musa,kurang lebih “ Wahai Musa, sampaikan kepada hamba-Ku itu, sudah sejak berapa lama ia tidak merasakan lezatnya beribadah kepada-Ku,lantaran maksiat yang dilakukannya itu “.Setelah disampaikaan jawaban Allah tersebut, maka si ‘Abid tadi langsung bertaubat sebanyak-banyaknya. .Ketiga, taubat yang ditolak.Pelakunya merasa bangga dan congkak, terhadap kemaksiatan kepada Allah.

“ Terlalu banyak dosa dan maksiat akan membuat hati kita tertutup debu, memupuskaan setiap doa yang dipanjatkan ke langit.Bahkan dosa yang terlampau banyak dapat menutup pintu rezeki. Jika pintu rezeki tetah tertutup, maka kita harus membukanya, dan tiada kunci yang dapat membukanya kecuali bertaubat. Jadi, jika kita merasa rezeki seret, cobalah berintrospeki “ Dosa apa saja yang telah kita perbuat selama ini” demikian antara lain, kilah Baba Rusyda Babel Haqq dalam bukunya “ Shalat Dhuha :.Rasulullah SAW. pernah memberi nasehat, “ Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir keculi doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan.Sesungguhnya seseorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya “ ( HR.Tirmizi dan Al Hakim ).Dalam hadis lain beliau juga bersabda “Sesungguhnya seseorang terjauh dari rezeki disebabkaan oleh perbuatan dosanya “ ( HR.Ahmad ).

Beberapa nash Al Quran dan hadis Nabi menyebutkan bahwa istighfar dan taubat termasuk sebab datangnya rezeki. Allah SWT. Berfirman “ Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu’,sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan pula di dalamnya untukmu sungai-sungai “ ( Nuh ( 7 ) : 10-12 ).
Umar bin Khattab juga berpegang pada esensi dan substansi ayat ini ketika ia diminta memohon hujan kepada Allah. Diriwayatkan suatu ketika Umar keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Ia tidak lebih dari mengucapkan istighfar ,lalu pulang. Seseorang bertanya kepadanya “ Aku tak mendengaar Anda memohon hujan “. Maka Umar menjawab “ Aku memohon diturunkannya hujan dengan menengadah kelangit yang dengannya bakal turun air hujan “.Bahkan dengan tegas Rasulullah SAW.bersabda “ Barangsiapa memperbanyak istighfar ( mohon ampun kepada Allah ), niscaya Allah menjadikan setiap kesedihaannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitaannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rezeki yang halal dari arah yang tiada disangka-saangka “ ( HR.Ahmad, Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah dan Al Hakim ).
Wallahulam.( 4 )

Dahsyatnya Akhlak Mulia

“Jejak – jejak akhlakku akan tetap berada di tengah-tengah umatku hingga hari kiamat. Satu-satunya alasan bagi kemuliaan dan kebanggaan bagi setiap orang adalah akhlak mereka. Dalam pekerjaan mereka, perolehan, kebiasaan, keadaan mereka saat ini, keberhasilan sejati hanya dicapai melalui akhlak yang baik, terutama jika akhlak itu disempurnakan dengan keadilan.“ (Al Hadis Nabi SAW).

Al Rafi’i menuturkan “Seandainya aku diminta untuk merangkum filosofi seluruh ajaran Islam dalam dua kata, maka akan kukatakan “Keluruhan akhlak.“ Apa dasarnya? ”Rasul SAW bersabda “Aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak “ (HR. Imam Malik). Lalu “Mengapa Nabi Muhammad SAW diutus? Allah SWT berfirman : “Kami tidak mengutusmu (wahai Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta“ (Al Anbiya 107). Muncul pertanyaan berikutnya, “Mana lebih penting antara salat, puasa, doa, zikir, haji dan seterusnya ? Dr. Amr Khad, Motivator Muslim kaliber Dunia menjawab, “Akhlak lebih penting. Sebab tujuan utama seluruh ibadah adalah membenahi akhlak. Kalau tidak, maka ibadah tersebut akan jadi semacam latihan olahraga saja.“ Misalnya Allah berfirman, “Dirikanlah salat. Sesungguhnya salat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.“ (Al-Ankabut 45). Jadi, yang salatnya tidak mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar, berarti salatnya itu hanya berupa gerakan olahraga.Ia mengerjakan salat, tetapi akhlaknya tidak membaik. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman ”Aku hanya menerima salat dari orang yang dengannya ia tawadhu pada keagungan-Ku, tidak menyakiti makhluk-Ku, berhenti bermaksiat pada-Ku, melewati siangnya dengan zikir pada-Ku, serta mengasihi orang fakir, orang yang sedang berjuang di jalan-Ku, para janda, dan orang yang ditimpa musibah“ (HR.Al Zubaidi). Sehingga Imam Ja’far Al Shadiq, buyut Nabi Muhammad SAW berkata, “Tidak diterima salat seseorang yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang yang lapar dan terlantar.“

Salah satu contoh .Allah SWT berfirman, “Haji adalah beberapa bulan yang telah diketahui. Siapa yang menetapkan niat dalam bulan itu untuk mengerjakan haji maka tidak boleh berbuat kotor, berbuat fasik dan berbantah-bantahan dalam masa haji”(Al Baqarah 197). Karena itu ibadah Haji akan sia-sia bila tidak disertai dengan akhlak yang baik. Contoh lain Allah SWT berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka yang dengan zakat tersebut engkau membersihkan dan menyucikan mereka“ (QS.At-Taubah 103). Tujuan zaakat antara lain adalah untuk menyucikan. Maknanya adalah mendidik dengan akhlak yang baik. Orang yang mengeluarkan zakat akan belajar mengasihi dan bermurah hati. Nabi SAW bersabda, “Jika kalian sedang berpuasa, jangan berbuat kotor dan membentak. Jika dimaki atau diajak berkelahi, katakan ‘Aku sedang puasa.‘ (HR. Muslim). Dikisahkan, satu waktu Nabi SAW berkunjung ke rumah salah seorang sahabatnya. Sebelum masuk, Nabi SAW mendengar si tuan rumah berkata keras dan kasar kepada pembantunya. Si tuan rumah menerangkan kepada Nabi SAW bahwa ia sedang berpuasa. Nabi menegaskan, agar ia berbuka saja sebab tidak ada gunanya dia berpuasa hari itu, lantaran telah memaki pembantunya. Nabi SAWmengingatkan “Bila kelembutan melekat pada sesuatu, pastilah ia akan menghiasinya. Apabila terlepas, ia juga akan memperburuknya “ (HR.Ahmad).

Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dijauhi manusia karena takut pada kejahatannya“ (HR. Ahmad, Al Hakim). Diriwayatkan satu ketika beberapa orang menemui Rasulullah dan melapor “Wahai Rasulullah. Fulanah terkenal rajin mengerjakan salat, berpuasa dan berzakat. Hanya saja, ia sering menyakiti tetangganya.” Rasul menjawab, “Dia di neraka.“ Orang yang berakhlak buruk, digambarkan Nabi SAW sebagai orang yang bangkrut. Nabi SAW bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?“ Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut adalah yang tidak mempunyai uang dan harta.” Beliau lalu menjelaskan, “Orang yang bangkrut diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa dan zakatnya. Namun ia pernah mencela orang, mencaci orang, memakan harta orang, memukul, dan menumpahkan darah orang. Maka, ia pun harus memberikan pahala amal baiknya kepada orang-orang itu.nJika amal baiknya sudah habis sebelum dibayar semua, diambillah dosa mereka untuk diberikan kepadanya.Maka ia pun dilemparkan ke neraka “ (HR.Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.“ Para sahabat bertanya, “Siapa yang Rasul?“ Beliau menjawab “Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari keburukannya “ (HR. Muslim dan Ahmad). “Misalnya seorang wanita menjemur cucian yang masih basah, lalu bekas airnya berjatuhan diatas cucian tetangga yang tinggal dibawahnya. Dengan begitu ia terkena hadis diatas,“ ujar Dr. Amr Khaled dalam bukunya Buku Pintar Akhlak. Atau seorang tetangga yang membunyikan tape dengan suara nyaring, sehingga mengganggu orang disebelah rumahnya yang sedang sakit atau istirahat, itupun termasuk dalam hadis tersebut.

Lalu disebutkan pula ada seorang wanita yang salat, puasa, dan zakatnya biasa-biasa saja, tetapi ia tidak menyakiti tetangganya. Maka Rasul menjawab, “Dia di surga “ ( HR.Ahmad ).Dalam hadis lain, Nabi mulia itu menegaskan “Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan manusia di hari kiamat daripada akhlak yang baik “ (HR. Abu Daud dan Turmuzi).

Pada kesempatan lain, seorang lelaki bertanya “Ya Rasulullah, apakah agama itu?“ Beliau menjawab, “Akhlak yang baik.“ Kemudian ia mendatangi Nabi dari sebelah kanannya dan bertanya, “Ya Rasulullah, apakah agama itu?“ Nabi menjawab, “Akhlak yang baik. “ Kemudian ia menghampiri Nabi dari sebelah kiri “Apapakah agama itu?” Dia bersabda, “Akhlak yang baik.“ Berikutnya ia mendatang Nabi dari belakang dan bertanya lagi “Apakah agama itu?“ Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda, “Belum jugakah engkau mengerti? Agama itu akhlak yang baik. “

Satu hari Nabi bertanya kepada sejumlah sahabat, “Maukah kalian kuberitahu siapa yang paling kucintai.“ “Tentu ya Rasulullah! “jawab mereka. Nabi SAW menegaskan, “Orang yang paling aku cintai ialah orang yang paling baik akhlaknya “ (HR. Ahmad). Dikisahkan lagi, satu utusan datang kepada Nabi SAW. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Yang paling baik akhlaknya“ (HR.Ahmad dan Ibnu Majah ). Begitu utamanya akhlak yang baik, maka diantara doa yang sering diulangi Nabi ialah “Ya Allah, berikan aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepadanya kecuaali Engkau. “ Bayangkan, meskipun menjadi Rasul, beliau tetap berdoa seperti itu. Sungguh sebuah tekad yang kuat. Sungguh sebuah usaha untuk tetap menyandang akhlak yang baik. Dan dalam kaitan ini Rasulullah SAW pernah bersabda, “Dengan akhlak yang baik, seorang mukmin akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan qiyamullail “ (HR. Abu Daud, Ahmad). Wallahualam. **
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar